Family, Pregnancy, Thoughts

My Pregnancy Diary – The Last Leg of Pregnancy (34 – 39 Minggu)

Last Updated on December 18, 2020

Helloooo
semua! Duh, akhirnya bisa update blog lagi setelah sekian lama tentang my last leg of pregnancy. Kok bisa? Well, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang! Tapi sebelum sharing cerita yang paling fenomenal dalam hidup saya, saya mau berbagi cerita tentang 5 minggu terakhir kehamilan Baby R. Oke karena terlalu lama, jadi saya coba ingat-ingat yaaa.

Baca   My Pregnancy Diary - Memasuki Trimester Ketiga (28 - 33 Minggu)

Sebulan Lagi Melahirkan!

Kontrol ke 11 saya lakukan pada tanggal 12 Januari 2017. Saat ini kandungan saya sudah berumur 35  minggu 1 hari. Mulai deg-degan sih karena HPL diperkirakan tanggal 15 Februari, berarti dalam kurang lebih sebulan, saya akan punya anak!

Saat diperiksa, semuanya alhamdulillah normal dari BB Ibu (meskipun naik 1.5 kg dari 2 minggu yang lalu hahaha), tekanan darah Ibu dan kondisi janin. Berat janin masih 2.2 kg dan tergolong wajar. Setelah kontrol ini, saya diharapkan kontrol seminggu sekali ke dr. Gharini karena minggu depan sudah masuk umur kehamilan 36 minggu. Hmmm makin deg-degan sih, in a good way.

My Pregnancy Diary – The Last Leg of Pregnancy (34 – 39 Minggu)

Beberapa Istilah dalam Pemeriksaan USG

FYI inilah beberapa istilah pada pengukuran USG. Ada :

    • EFW (Estimated Fetal Weight) = perkiraan bobot janin
    • EDD (Estimated Date of Delivery) = HPL atau Hari Perkiraan Lahir
    • BPD (lupa kepanjangannya) = diameter kepala bayi
    • AC (lupa juga kepanjangannya hahaha) = lingkar perut
    • FL (Femur Length) = panjang tulang paha

Kontrol berikutnya dilakukan pada tanggal 19 Januari 2017. Saya masih kontrol di RB Azzahra dengan dr. Gharini karena tinggal jalan dari rumah hahaha. Saking seringnya bolak-balik, Bapak pengatur lalu lintas yang hobi joget itu (yang orang Bogor pasti tau) sampai hafal karena sering bantu nyebrangin pertigaan Jl. Sancang-Lodaya-Kumbang.

Ya, saya kontrol di RB Azzahra juga karena waktu itu Arga sering banget dinas pada bulan Januari. Daripada sendiri cape nyetir ke Hermina Bogor dan melewati kejamnya Jl. Soleh Iskandar (alias Jl. Baru), mendingan saya jalan saja ke RB terdekat.

Baca   Jadwal Praktek Dokter Kandungan (SpOG) di Bogor 2016

Pada kontrol kali ini, BB saya menurun hampir 1.5 kg. Eh, tapi janin saya beratnya jadi 3 kg HAHAHAHAHAHA. Berarti efisien ya semuanya diserap Baby R. Untuk umur 36 minggu, berat janin cukup besar karena menyerupai umur kandungan 37 minggu.

Disini saya sudah jarang minta print USG karena yaaa yang diprint hanya tulang femur (tulang paha) dan lingkar kepala. Abstrak banget wkwkwk! Mulai disini, dr. Gharini mengatakan bahwa Baby R belum masuk panggul dan sudah mulai ada pengapuran di plasenta. Memang sudah waktunya ada pengapuran karena hal ini lazim terjadi ketika akan memasuki akhir dari kehamilan, jadi jangan khawatir ya kalau hal ini terjadi.

Pengapuran di plasenta saya masih tergolong wajar dan ketuban masih cukup meskipun sudah lumayan sempit ruang geraknya. Tapi alhamdulillah sehari-hari Baby R masih aktif nendang, uget-uget dan cegukan.

My Pregnancy Diary – The Last Leg of Pregnancy (34 – 39 Minggu)
USG Baby R pada minggu ke 36

Ternyata Posisi Baby R…

Kontrol berikutnya pada tanggal 26 Januari 2017 pada usia kandungan 37 minggu, saya masih kontrol sendiri hahahaha. BB saya meningkat sedikit dan berat badan janin menjadi 3.2 kg. Kondisi terakhir Baby R adalah masih belum masuk panggul hiks.

Setelah melihat keadaan bayi, ternyata Baby R posisinya terlentang alias menghadap ke perut Ibu. Dalam bahasa medis, kondisi tersebut adalah kondisi occiput posterior. Normalnya pada usia segini, bayi dalam posisi tengkurap atau menghadap ke tulang ekor Ibu.

Hal ini menyebabkan dr. Gharini masih ragu-ragu dengan kemampuan saya untuk melahirkan normal. Masih bisa namun kemungkinannya 50-50. Duh mulai galau… Dr.Gharini menyatakan bahwa jika melahirkan normal dan posisi tidak berubah, kepala bayi masih bisa melewati panggul atas namun akan ada masalah ketika akan melewati panggul tengah karena bahu akan tersangkut.

Dalam posisi stuck itu, maka harus divacuum dan itu akan menimbulkan resiko trauma di bayi maupun Ibu. Ketika saya ceritakan ke Arga, Arga sih langsung pengen SC saja karena mengurangi resiko sementara saya masih pengen normal di lubuk hati terdalam hehehe. Ya berdoa, berusaha dan berharap saja deh ya. Lagian ini last leg of pregnancy. Anything can happen, atas izin Allah.

Baca   My Pregnancy Diary - Trimester Kedua & Tabel Perhitungan HPL

USG 2D trimester akhir
USG Baby R di usia 37 minggu

Mencari Second Opinion

Karena dihadapi dengan kondisi 50-50 untuk melahirkan normal, saya memutuskan untuk mencari second opinion ke dokter kandungan lainnya. Pilihan saja jatuh untuk menemui dr. Farah Dina karena beliau juga praktek di Hermina (tempat saya akan melahirkan). Plus beliau bisa melakukan pemeriksaan 4D.

Tapi lumayan susah ya cerita saya bertemu dokter yang satu ini hahaha. Setelah ke RB. Nuraida di Bangbarung kehabisan nomer dan beberapa hari kemudian dokternya tidak praktek plus sudah menelpon RSIA Bunda Suryatni ternyata antriannya WOW, akhirnya ketemunya di RS Hermina juga hahaha.

Hal ini diwarnai dengan miskom saya dengan operator Hermina. Si mbaknya konfirmasi di telpon saya nomer 17 tapi ternyata saya nomer 7 -_- untungnya pas saya datang, menunggunya tidak terlalu lama.

USG 4D trimester akhir
BABY R IN 4D! Terlihat mata dan alis di kiri dan di kanan cuman keliatan bibir karena Baby R nutupin hidungnya hahahaha

Diperiksa oleh dr. Farahdina

Saya kontrol pada tanggal 1 Februari di usia kandungan 38 minggu. First impression saya terhadap dr. Farah Dina adalah CANTIK! Udah cantik, supel, ramah bangeeet, calming dan pintar. Dokter ini juga pro normal, jadi mungkin kehamilan kedua bisa sama dr. Farah kali ya hehehehe.

Setelah diliat BB dan tekanan darah Ibu normal, saya langsung cerita riwayat kehamilan saya. Akhirnya disuruh langsung check pake 4D, deg-degan juga ya karena pertama kali. Alhamdulillah, pas diliat di USG 4D bayi saya sehat dan sempurna. Detak jantung juga bagus.

Pas ingin diliat mukanya, ternyata Baby R suka nutupin hidung dan mulut hahahaha. Jadi hanya terlihat mata yang merem dan alis. Mirip saya matanya wkwkwk. Saya terharu banget loh saat itu alhamdulillah di akhir persalinan Allah masih memberikan saya dan Baby R kesehatan. BB janin saat itu 3.4 kg, wow.

Bitmoji Image

Dokter Farah menjelaskan bahwa itu bisa berarti bayi saya rentang BBnya adalah dari 3.1 hingga 3.7 kg, so big! Kesimpulan dr. Farah masih sama dengan dr. Gharini yaitu kondisi saya melahirkan normal 50-50. Namun dr. Farah terus optimis dan memberikan cerita-cerita melahirkan normal dengan kondisi seperti saya. Ya, bismillah saja deh. Allah pasti tau yang terbaik untuk saya dan Baby R.

Oiya, sebaiknya kalau ingin check USG 4D dilakukan pada saat umur kehamilan 18-22 minggu yaaa kata beberapa dokter obgyn. Jangan terlalu tua seperti saya yang ada di last leg of pregnancy ini hahaha. Kalau terlalu tua sudah terlalu sempit ruang gerak di rahim, jadi cukup terbatas.

Baca   My Pregnancy Diary - Finally Bogor!

Pemeriksaan Terakhir – Last Leg of Pregnancy

Seharusnya tanggal 4 Februari saya kontrol ke dr. Gharini dan dilanjutkan dengan mendatangi pesta pernikahan Desy dan Engga. Udah seneng-seneng dapet antrian nomer 1 pada hari itu, eh pada hari Jumat saya ditelp Hermina karena dr. Gharini tidak praktek. OK BAIKLAH. Saya fokus datang ke kondangan sajah hahahaha.

Akhirnya saja menjadwal ulang kontrol ke dr. Gharini menjadi tanggal 7 Februari 2017 di RS Hermina. Kali ini saya kontrol di klinik eksekutif di lantai 5 loh, mevvah deh. Dapat snack dan free wifi meskipun lebih mahal 90 ribu dari harga poliklinik biasa hahaha.

Setelah BB dan tensi diukur, saya menunggu dokter untuk datang. Pada minggu ini usia kandungan saya sudah 39 minggu dan saya harap-harap cemas apakah posisi janin sudah benar atau belum. Pokoknya saya sudah rajin senam hamil, sujud, jongkok-berdiri, jalan cepat, you name it!

Akhirnya pas diperiksa oh sayang beribu sayang, posisi bayi masih occiput posterior dan belum masuk panggul hiks. Berat bayi juga sekitar 3 kilo dan karena sudah 39 minggu akhirnya saya diperiksa “dalam”. Periksa “dalam” adalah ketika bagian “dalam” tempat mau keluarnya bayi diperiksa. Rasanya? Weirdly uncomfortable!! Hal ini dilakukan untuk mengecheck bukaan dan kondisi cerviks atau leher rahim. Ternyata….

Ketika tangan dokter menyentuh kelapa Baby R, bukannya makin turun mendekati leher rahim tapi malah naikSaya ternyata sudah bukaan 1. Cerviks alias leher rahim saya sudah menipis.

Dr. Gharini memutuskan bahwa malam itu juga saya sudah harus masuk ruang observasi alias saya harus melahirkan dan tidak boleh pulang lagi.

OH MY GOSH.

Jadi begitulah my last leg of pregnancy. Bagaimana kelanjutannya? Tunggu postingan berikutnya ya guys! (Semacam sinetron hahaha). Bisa langsung dibaca di blog post I’m Giving Birth yaa.

RELATED POST

2 Comments

  1. Assalamu’alaikum mba sama dr.gharini gmna? Enak aja ga, saya rncana mau ganti RS, sblumnya di PMI tapi asa jauub bgt dri rumah jdi mw ke hermina aja. Oh iya biaya di hermina brpa ya termasuk biaya dokter,usg sama vitamin nya? Makasih byk mba sebelumnya

    1. Faradila D. Putri says:

      Hello mbak 🙂 Alhamdulillah saya cocok dengan dr. Gharini tapi sebelum datang sebaiknya siapkan list pertanyaan. Soalnya kalau tidak ditanya kadang-kadang dokternya tidak memberi tau karena banyak pasien hehehe. Hermina ada dua kelas, yang poliklinik reguler sama eksekutif. Yang reguler untuk dokter klo tidak salah sekarang 180an. USG dan vitamin nanti tergantung dokter dan tergantung 2D atau 4D 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.