Last Updated on April 12, 2019
Hai moms and dads, mau nanya nih. Seberapakah yakin kalian dengan cara mendidik anak? Apalagi di era digital ini. Sudah yakin 100%? 75%? 50%? Saya sendiri sih masih kisaran 50% karena masih perlu belajar banyaak! Apalagi soal mendidik anak di era digital, karena anak-anak saya termasuk gen alpha.
Beberapa waktu yang lalu, saya pernah sedikit curhat di Instagram Stories mengenai penggunaan gadget pada anak. Saya termasuk yang tidak melarang anak untuk gadget namun saya juga tidak mau anak sampai tahap “ketagihan” atau addicted terhadap gadget.
Nah, pas banget pada tanggal 31 Agustus 2018, saya diundang Blogger Perempuan dan SIS Bona Vista, sebuah Singapore school yang berlokasi di Jakarta Selatan, untuk menghadiri Blogger Gathering sekaligus membahas Cara Mendidik Anak di Era Digital bersama dengan seorang Psikolog Anak & Remaja, Elizabeth Santosa.
Yeay, alhamdulillah dapat kesempatan untuk tau lebih lanjut mengenai topik anak dan gadget! Karena memang belakangan ini, hal ini sempat booming di social media. Banyak sekali yang mempunyai pandangan dan sikap yang berbeda mengenai hail ini. Penasaran ga mengenai apa yang disampaikan oleh Elizabeth Santosa, penulis buku “Raising Children in Digital Era”? Terus baca blog post ini ya!
Generasi Alpha, Anak Era Digital
Anak-anak kita lahir di era digital. Semuanya sudah serba digital. Saya sendiri (yang lahir di tahun 1990 – please jangan hitung umur HAHAHA) terlahir di era transisi, jadi sempat menikmati dunia tanpa Google. Nah, anak kita sekarang lahir di era dimana kalau dia sakit, kita konsul dulu ke Google. Betul? Hihihi. 😀
Pertama-tama, kita harus mengenal karakter anak era digital agar kita mengerti sifatnya. Apa saja sih ciri-cirinya?
Apa Anak Boleh Memiliki Gadget Sendiri?
Elizabeth Santosa alias Ms. Lizzy sendiri berpendapat bahwa anak boleh memakai gadget dari usia berapapun asal didampingi oleh orang tua. Selain sisi negatif, gadget juga memiliki sisi positif yang dapat membantu perkembangan anak.
Kedua orang tua harus kompak dan konsisten dalam mengatur pemberian gadget kepada anak-anak. Jangan beda pendapat nanti anak akan bingung hehehe. Sebagai contoh, pada saat weekdays tidak boleh memegang gadget, namun pada saat weekend boleh.
Salah satu bentuk pendampingan orang tua adalah orang tua harus tau semua isi smartphone anak. Apa aplikasi yang ada dan konten yang mereka liat. Sebagai orang tua, kita juga harus update informasi tentang apa yang terjadi saat ini. Jangan kudet alias kurang update.
Tips Menggunakan Internet dan Social Media untuk Anak
Ms. Lizzy juga memberikan tips menggunakan internet dan social media yang harus diperhatikan. Lumayan membantu juga sih dalam mendidik anak di era digital ini. Tips tersebut adalah :
- Penggunaan sosial media tidak diperuntukan untuk anak usia dibawah 13 tahun
- Aplikasikan peraturan dasar.
- Setting privasi dalam social media. Hanya orang terdekat atau yang dikenal saja yang boleh berteman.
- Gunakan perangkat lunak yang dapat menyaring website (filtering software).
- TIDAK menggunakan laptop/ komputer di kamar untuk anak dibawah usia 14 tahun.
- Orangtua perlu jeli untuk memperhatikan situs-situs yang sering ia kunjungi dan orang-orang yang berkomunikasi dengannya
- Orangtua wajib mencontohkan perilaku teladan dalam menggunakan sosial media
- Batasi penggunaan telpon genggam. Jangan sampai menjadi Fenomena Nomophobia (No mobile phone phobia).
- Bicarakan dengan anak mengenai bahaya yang ada di dunia maya.
- Orang tua harus melek teknologi.
Anak Kecanduan Gadget!
Tidak jarang kita membaca atau mendengarkan berita ada anak kecanduan gadget atau handphone. Tidak jarang juga kita membaca efek negatif yang ditimbulkan oleh pemakaian gadget yang berlebihan. Saat anak kecanduan gadget, tidak ada sifat empati pada anak dan hal ini bisa berbahaya untuk perkembangan dan kemampuan sosialisasinya.
Empati ditumbuhkan dari interaksi sosial, bukan interaksi dengan gadget. Begitu pula dengan kejadian speech delay yang kadang menghantui ibu-ibu baru yang baru punya anak balita *lirik ke diri sendiri*.
Seperti yang pernah teman saya bilang, gunakan gadget seperti antibiotik. Tepat guna dan tepat sasaran, tidak boleh berlebihan. Hahaha benar juga sih. Namun apa yang kita lakukan jika anak kita sudah terlihat menuju kecanduan gadget?
Ya mau ga mau kita harus mengurangi frekuensi dia melihat gadget. Awalnya pasti nangis-nangis dan ngamuk, tapi tetap konsisten ya. Demi kebaikan anak ya harus agak keras di awal.
Every form of addiction is bad, no matter whether the narcotic be alcohol or morphine or idealism. – Carl G. Jung
Salah satu faktor anak kecanduan gadget adalah orang tua yang manja dan tidak mau repot. Jadi anak langsung dikasih gadget biar diam. PLAK. This kinda hits me hard. Bener juga yang dibilang Ms. Lizzy.
Beliau juga bilang bahwa kenapa orang tua gampang banget memberi gadget? Karena efeknya tidak langsung terlihat. Kalau dikasih pisau kan pasti ga boleh, karena bisa luka. Bisa diliat saat itu kan? Tapi efek dari gadget akan muncul beberapa tahun kemudian. Mungkin sekarang baik-baik saja, tapi nanti? Makanya jangan sampai terlambat.
Tiga tantangan besar jika anak diberik gadget dengan kebebasan tanpa batas adalah terpaparnya anak kepada kegiatan bully atau cyberbully, pornografi dan sexting. Agak serem yaaa tapi itulah yang rentan mengintai anak kita jika kita tidak mengawasi kegiatannya di dunia maya.
Menurut Ms. Lizzy, anak Usia 8 tahun rentan mengalami adiksi terhadap media, games online, dan chatting rooms. Dalam perilaku adiksi, sistem kontrol diri semakin melemah, sedangkan sistem limbik semakin kuat mengirimkan ‘signal’nya. Seseorang yang mengalami kecanduan, semakin sulit untuk mengontrol dirinya lepas dari perilaku tersebut.
Tanda Anak Kecanduan Gadget
Nah apa saja karakter anak yang sudah “kecanduan”?
- Perilaku yang tak-terkontrol .
- Menunjukan euphoria saat didepan komputer dan aktivitas internet.
- Menelantarkan teman dan keluarga.
- Perilaku kurang tidur
- Menunjukan sikap bersalah, rasa malu, cemas, ataupun depresi sebagai akibat dari perilaku adiksi.
- Perubahan fisik seperti berat badan bertambah atau berkurang drastis dalam waktu beberapa bulan, sakit punggung, sakit kepala dan sindrom lorong karpal
- Menghindar dari aktivitas lain yang menyenangkan
- Nilai akademik yang turun drastis
Cara Menangani Anak Yang Kecanduan Gadget
Kalau sudah ada tanda-tanda diatas, inilah yang bisa kita lakukan untuk menangani anak adiksi.
Tips Parenting dari Elizabeth Santosa – Ms. Lizzy
Selain hal-hal diatas, Ms. Lizzy juga sharing mengenai banyak tips parenting. Beberapa poin penting saya rangkum dibawah ya. Semoga bisa menjadi reminder untuk kita semua, termasuk saya sendiri.
- Berapa lama kita bisa menjaga anak? Kita perlu mempersiapkan anak-anak kita agar bisa menghadapi dunianya.
- Orang tua bijak adalah orang tua yang selalu memperbaiki diri sendiri
- Penting mengajarkan pendidikan usia dini sebelum anak masuk sekolah
- Kita harus selalu menstimulasi pikiran anak agar mereka dapat menyelesai masalah yang ada di dunia ini
- Zaman sekarang segala sesuatu lebih mudah jadi kurang daya juang, anak jadi pengen semua tanpa mengenal perjuangan. Jadi ingin semuanya serba instan.
- Kasihi anak tapi jangan memanjakan dengan selalu memberi segala kemudahan dan fasilitas.
- Ketika anak salah berikan sebuah konsekuensi. Kegagalan anak untuk berubah dari kesalahannya adalah karena orang tua tidak konsisten dengan konsekuensinya.
- Ajarkan anak mengenai sistem hidup dan aturan yang jelas.
- Beri reward dan punishment sehingga tau mana yang benar dan salah. Punishment tidak dengan hukuman fisik, tapi dengan memberinya beban pekerjaan/chores seperti menyapu halaman, membersihkan kamar. Itu akan lebih efektif bagi karakter anak.
- Kita bisa kasih sekolah yg terbaik buat anak, apakah kita sdh bisa jadi panutan baik buat mereka?
- Ternyata banyak ibu yang tahu jawaban permasalahan anaknya, tapi belum pede dengan solusinya hehehe.
- Kalau perlu menyatukan pendapat, terutama dengan mertua atau orang tua, kita perlu duduk bareng dan bersekutu dengan suami. Harus jadi 1 tim.
- Children see, children do. Jadilan teladan yang baik untuk anak kita.
Semua yang saya dapat hari itu benar-benar jadi sebuah self reminder untuk saya sendiri. Yaa semacam evaluasi dan pembelajaran untuk kedepannya mumpung Rio sekarang masih 1.5 tahun. Masih panjaaang jalan mendidik anak.
Semoga ilmu diatas juga bermanfaat untuk yang membaca ya. So, thank you Blogger Perempuan dan SIS Bona Vista yang sudah mengundang saya dalam acara ini! 🙂
Berkeliling Singapore Intercultural School (SIS) Bona Vista
Pasti ada bertanya, apa sih SIS Bona Vista? SIS atau Singapore Intercultural School (dulunya Singapore International School) adalah sekolah yang telah berdiri sejak tahun 1996. Selain SIS Bona Vista, yang merupakan sekolah SIS terbesar di Indonesia, terdapat 6 lokasi SIS lainnya di Indonesia. Diantaranya adalah di Pantai Indah Kapuk, Cilegon, Medan, Palembang dan Semarang.
SIS menerima murid dari umur 18 bulan hingga 18 tahun dalam jenjang pendidikan Preschool, Primary, Secondary dan Junior College. Yang menarik disini adalah terdapat tiga kurikulum yaitu Singapore, Cambridge dan IB curriculum.
Bahasa pengantarnya tentu adalah Bahasa Inggris, dengan bahasa lain yang dipelajari adalah Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia. Jumlah murid dibatasi dengan maksimal 24 orang per kelas. Sehingga guru akan lebih fokus dengan angka student teacher ratio yang bagus.
Kemarin ketika saya menghadiri Blogger Gathering, my first impression is that “Woah, this school is huge!”. Untuk sampai ke tempat gathering yang terletak di Junior College Lounge, saya harus jalan cukup jauh. Terdapat 3 lantai di dalam gedung dan fasilitasnya super lengkap. Bahkan ada lapangan basket dan kolam renang sendiri loh! Hmm, makes me miss my old school in Gainesville.
Jadi ini benar-benar standard internasional dari fasilitas, kelas hingga kurikulum sampai keamanan. Keamanannya cukup ketat dimana ada prosedur ketat untuk masuk ke dalam lingkungan dan mengantar hingga menjemput murid.
Untuk mengurangi rasa penasaran para blogger yang datang, kita diberi School Tour setelah sesi bersama Elizabeth Santosa dan sesi presentasi dari SIS Bona Vista. Silahkan liat foto-foto dibawah ini yaa. Gemas kan liat kelasnya dan segala fasilitasnya. Jadi kangen sekolah deh! Hehehe. My fav? Cafetaria dan juga perpustakaan untuk murid Primary & Secondary.
Nah bagi yang ingin melihat langsung, ada kabar baik! Pada tanggal 15 September 2018, SIS Bona Vista akan mengadakan Mega Bazaar and Open House. Silahkan kontak SIS Bona Vista dibawah ini untuk info lebih lanjut ya.
Telpon : +62 21 759 14414
Email : sisbonavista@sisschools.org
Penasaran juga tentang biaya sekolahnya? Atau pengen tau kegiatan ekstrakurikuler yang ada (ada coding, flag football, muay thai, origami sampai ballet loh!)? Atau tidak bisa datang pada Open House dan ingin Book Tour sendiri? Semuanya ada di website, lengkap banget! Silahkan kunjungi https://sisschools.org/sis-bonavista yaaa.
Sekian sedikit ilmu tentang mendidik anak di era digital plus school tour salah satu sekolah intercultural yang bagus di daerah Jakarta. Cukup menginspirasi yaa hehehe. Pengen deh anaknya sekolah di sekolah seperti ini, aamiin! Anyway, thanks for reading. 🙂