Last Updated on November 25, 2020
Semenjak nonton film The Notebook, salah satu penyakit yang saya sangat takuti adalah Demensia Alzheimer. Ada yang sudah nonton juga kah? Beruntung di jaman ini, banyak sekali acara dan informasi yang diselenggarakan, seperti Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia yang membuat masyarakat lebih mengenali gejala demensia dan dapat #ObatiPikun segera.
Sebenarnya apa perbedaan antara pikun, demensia dan juga Alzheimer? Apakah semuanya merupakan istilah untuk satu penyakit yang sama? Di serangkaian acara digital yang diselenggarakan oleh PT Eisai Indonesia (PTEI) dan PERDOSSI pada tanggal 20 September kemarin, saya mendapatkan banyak informasi soal penyakit ini.
This disease is always close to my heart, karena neneknya Arga juga mengalami dementia Alzheimer dan sedihnya nenek saya juga mulai menunjukkan gelaja. Beruntung Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia dapat diikuti oleh masyarakat awam seperti saya, sehingga bisa mengerti lebih lanjut tentang penyakit yang sering diderita lansia ini. Saya rangkum dibawah ini ya beberapa materi dari sesi presentasi dari dr. S.B. Rianawati, SpS (K) dan juga dr. Junita Maja Pertiwi, SpS. Semoga bermanfaat!
Pikun, Demensia & Alzheimer
Pikun menurut dr. Rianawati, adalah ketika seseorang butuh lebih lama untuk mengingat atau lupa dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya. Secara singkat, pikun adalah menurunnya kemampuan untuk berpikir pada otak seseorang.
Sedangkan istilah medisnya adalah demensia. Menurut WHO, demensia adalah suatu sindrom gangguan penurunan fisik otak yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, emosi, daya ingat, perilaku dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Demensia memiliki banyak sekali jenisnya, yaitu :
- Demensia Alzheimer – disebabkan oleh pengendapan protein di otak yang mengganggu kerja sel-sel saraf.
- Demensia Vaskuler – kerusakan sel otak disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak
- Demensia Lewy Bodies – adanya penumpukan protein tertentu di sel-sel saraf yang mengganggu penghantaran sinyal kimia di otak
- Demensia Frontotemporal – disebabkan oleh kerusakan sel saraf di bagian frontal (depan) dan temporal (samping) otak akibat mutasi gen-gen
- Demensia Penyakit Parkinson – demensia yang terjadi pada penderita penyakit Parkinson
Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang terbanyak dengan angka sekitar 60-70%. Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.S selaku Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI juga menyatakan bahwa penderita Alzheimer di Indonesia mencapai 1 juta orang dan akan meningkat drastis 2x lipat di 2030.
Bahkan di tahun 2050, diperkirakan sebanyak 4 juta orang akan menderita Alzheimer. Bahkan menurut dr. Junita, penyakit Alzheimer ini merupakan top 3 penyakit lansia yang sering terjadi di Indonesia, selain masalah keropos tulang (osteoporosis) dan masalah penglihatan.
Ternyata yang merasakan sakit selain pasien adalah keluarganya juga. Iya sih sedih banget ketika kita melihat sanak keluarga yang sudah lupa atau tidak mengenali kita ataupun mengenang kegiatan bersama lagi. Makanya saya suka nangis ketika nonton film The Notebook huhuhu.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meningatkan kesadaran akan penyakit ini dan mengobati pikun sedini mungkin, agar bisa lebih cepat ditangani. Memang masih kurang kesadaran dan pemahaman soal demensia Alzheimer di masyarakat. Semoga tulisan tentang gejala demensia dan #ObatiPikun ini dapat membantu ya.
Salut juga kepada PT Eisai Indonesia (PTEI), yang sedang merayakan 50 tahun, dan juga PERDOSSI yang telah berkolaborasi untuk melaksanakan program kampanye edukatif #ObatiPikun untuk membantu kita kenali gejala demensia dan informasi lain seputar penyakit ini.
Pelupa vs Pikun
Apa bedanya pelupa vs. pikun? Ternyata cukup berbeda loh. Dan hal ini dr. Rianawati membeberkan beberapa perbedaan ini.
Kalau sudah mengarah ke pikun, harus segera sigap ya untuk mengobati dan mencegahnya menjadi lebih parah lagi. Karena ternyata, pikun bukanlah hal normal dalam proses penuaan loh.
Mengenali Gejala Demensia
Beberapa gejala pikun yang kerap terjadi menurut dr. Rianawati adalah :
- Gangguan daya ingat atau sering lupa
- Disorientasi, bingung akan waktu (hari, tanggal), tidak tau jalan pulang
- Menarik diri dari pergaulan
- Perubahan perilaku dan kepribadian
- Sulit melakukan pekerjaan yang familier, seperti sulit menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, cara mengemudi, mengatur keuangan.
- Kesulitan memahami visuospatial – sulit mengukur jarak, tidak dapat memberdakan warna
- Sulit fokus
- Gangguan berkomunikasi kesulitan berbicara
- Salah membuat keputusan
- Menaruh barang tidak pada tempatnya
Siapa yang paling beresiko terkena Alzheimer?
Beberapa orang yang paling beresiko terkena penyakit demensia Alzheimer adalah orang :
- Usia lanjut
- Diabetes melitus yang tidak terkendali
- Hipertensi
- Stroke dan penyakit jantung koroner
- Kadar lemak tidak normal
- Obesitas
- Disfungsi thyroid
- Depresi
- Kekurangan vitamin B12
- Keturunan
- Merokok
- Kurang Olahraga
- Pengaruh obat-obatan
Aplikasi Deteksi Dini Demensia Alzheimer
Terdapat kolaborasi antara PERDOSSI dan juga PT Eisai Indonesia dalam mengembangkan aplikasi deteksi dini Demensia Alzheimer yang bernama E-Memory Screening (EMS). Aplikasi E-MS ini resmi diluncurkan pada tanggal 20 September 2020 dan dapat diunduh dengan mudah oleh dokter dan masyarakat awam di Playstore dan Appstore.
E-MS ini akan menilai kondisi memori seseorang dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait Demensia Alzheimer yang mungkin dialami oleh pengguna aplikasi. Jadi semacam deteksi dini untuk gejala demensia.
Setelah itu, aplikasi ini akan memberikan skor yang menunjukkan kondisi seseorang. Apabila skornya tidak normal, maka aplikasi ini akan menyediakan fitur direktori rujukan dokter maupun RS di sekitar pengguna berdasarkan GPS termasuk informasi jarak. Termasuk menyediakan nama dokter beserta keahliannya di bidang Demensia Alzheimer, serta nomor call center RS yang dapat dihubungi.
Cara Mengobati Pikun – #ObatiPikun
Selain langkah deteksi dini gejala demensia Alzheimer, ternyata ada beberapa cara untuk mengobati pikun. Memang tujuannya adalah untuk meringankan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Sehingga kualitas hidup penderita tetap bertahan sebaik mungkin dan penderita dapat hidup semandiri mungkin.
Beberapa cara penanganan untuk mengobati pikun atau demensia Alzheimer ini adalah :
- Mengatasi penyebab pikun – jika karena tumor otak, maka dilakukan operasi/kemoterapi. Jika karena kurang nutrisi, maka diberikan nutrisi yang baik atau meresepkan suplemen makanan.
- Memberikan obat-obatan – obat-obatan tertentu dapat memperbaiki gejala pikun dan meningkatkan fungsi otak
- Terapi Stimulasi Kognitif – untuk memperbaiki fungsi kognitif. Hal ini efektif untuk meningkatkan kualitas hidup. Bisa dengan berolahraga/permainan fisik, bermain kata atau angka, membaca, menggambar, mewarnai, membuat karya seni, memasak dan berkreasi
- Memberikan perawatan paliatif – Jika keadaan sudah parah (ex. kanker stadium akhir dengan demensia) kita bia meningkatkan kualitas hidup di sisa umurnya. Hal ini dilakukan dengan mengurangi rasa sakit, membina kondisi psikisnya, konseling dan juga dukungan teman dan keluarga.
Demensia & Alzheimer di Masa Pandemi Covid-19
Tentu masa pandemi Covid-19 ini memiliki tantangan tersendiri bagi para penderita demensia Alzheimer dan keluarganya. Menurut dr. Junita, beberapa dampak pandemi yang terjadi kepada para penderita bisa terjadi secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal, bisa terjadi resiko terpapar Covid, resiko depresi, maupun resiko perburukan kognitif maupun perilaku. Sementara untuk faktor internal, bisa adanya pengurangan komunikasi verbal atau hubungan dengan relasi keluarga. Hal ini juga menyebabkan gangguan pada banyak hal, termasuk proses berpikir hingga perawatan diri.
Tidak hanya para penderita yang terdampak. Para caregivers atau sanak keluarga penderita juga dapat memiliki masalah dalam adaptasi, menjaga kebersihkan, kelelahan maupun stress.
Beberapa tips atau kiat yang dapat dilakukan di masa pandemi Covid-19 ini adalah :
Cara Pencegahan Pikun
Tentu mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan sebagai orang yang berada di usia produktif, tentu saya ingin tau cara pencegahan pikun sehingga bisa mengurangi kemungkinan terkena penyakit ini di usia lanjut.
Beberapa kiat untuk mencegah terjadi pikun antara lain adalah :
- Menjaga kesehatan jantung
- Bergerak, berolahraga produktif
- Mengonsumsi sayur dan buah yang cukup (gizi seimbang)
- Menstimulasi otak – baik secara fisik – mental – spiritual
- Bersosialisasi dan beraktivitas positif
Semoga kita semua bisa terhindar dari penyakit demensia dengan menjalankan kiat-kiat diatas ya. Dan apabila ada sanak keluarga yang menderita, semoga kita bisa lebih baik dalam menyikapinya maupun mendeteksi atau mengenali gejala demensia sedini mungkin.
dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan, “Kementerian Kesehatan mendukung penuh Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini karena merupakan bagian dari edukasi yang sangat penting untuk mencegah lansia terkena Demensia Alzheimer. Harapannya, makin banyak lansia yang terdeteksi Demensia Alzheimer dapat ditangani sejak awal sehingga dapat terus produktif.”
Semoga tulisan ini dapat membantu mengenali gejala demensia dan #ObatiPikun dengan segera. Anyway, ada yang punya pengalaman juga dengan penyakit ini? You are most welcome to tell your stories in the comments section below. Terima kasih sudah membaca ya 🙂
Terimakasih kk sangat bermanfaat ilmu nya kk