Last Updated on February 24, 2020
Hai hai semuaaaa! Mau ikutan bahas topik yang kagi ngehits di kalangan Bapak dan Ibu se Indonesia raya nih. Yap soal VAKSINASI. Jadi perlukah imunisasi dan vaksinasi? Bagaimana sih sebenarnya?
Setelah hamil, saya baru tau kalau ada juga beberapa pihak yang anti-vaksinasi. Beberapa getol menyebarkan pahamnya juga loh. Soalnya sepemahaman saya, dari kecil saya dan adik-adik saya selalu di imunisasi. Apalagi ketika pindah ke USA ikut Bapak saya menempuh pendidikan S3, saya harus beberapa kali imunisasi tambahan hanya untuk masuk sekolah saja. Hal ini dilakukan karena rekam jejak vaksinasi kami belum lengkap menurut standard yang diterapkan Alachua County School Board. Jadi semenjak saya kecil, mindset saya sudah terbentuk bahwa imunisasi tuh wajib.
Disclaimer dulu ya, saya hanya seorang ibu dengan gelar S2 yang memiliki satu anak bayi berumur 4 bulan (ketika tulisan ini dibuat). In no way I am a doctor but I have tons of relative who are one. Jadi disini murni tulisan dan pendapat saya yaaa di backup oleh fakta-fakta ilmiah dari jurnal, dokter dan situs terpercaya. Jadi ditulisan ini, saya akan menceritakan fakta-fakta yang membuat saya beranjak dari sekedar “oh iya boleh deh di vaksin” menjadi “IYALAH HARUS DI VAKSIN!”.
Awal mula saya baca-baca soal imunisasi dan vaksinasi adalah pas Rio harus mulai disuntik BCG di bulan pertama. Sebagai ibu yang kepo eh ingin tau informasi tentang apa yang diinjeksikan ke anaknya beserta harganya (INI PENTING EMAK EMAK!), saya cari tau sebanyak mungkin dong yaaa. Masa kita ga tau fungsi dan apa yang akan dimasukkan ke tubuh anak sendiri.
Setalah cari-cari, baca-baca dan nonton video dr Tiwi dan dr Piprim, wawasan soal imunisasi dan vaksinasi terbuka! *Cieee* (PS: Videonya bisa ditemukan di akhir post ya, semoga bermanfaat!). Jadi untuk pertanyaan perlukan imunisasi dan vaksinasi? Jawaban saya sih IYA!
Kalau banyak yang masih bingung nih soal terminologi imunisasi dan vaksinasi, disimak definisinya berikut ini.
Imunisasi adalah cara yang digunakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang atau imunitas.
Vaksinasi adalah salah satu cara imunisasi dengan proses pemberian vaksin ke dalam tubuh agar sistem kekebalan tubuh meningkat terhadap suatu penyakit.
Jadi vaksinasi tergolong dalam imunisasi, tapi imunisasi belum tentu hanya vaksinasi yaaa.
Photo courtesy of Trifonenko
Vaksin adalah bakteri dan virus yang telah dilemahkan. Jadi penyakitnya ga aktif, tapi tubuh dibiarkan “mengenal” sosok tersebut. Jadi kalau yang bakteri dan virus yang sama tapi lebih kuat datang, bisa langsung ditangani dengan cepat. Ibaratnya latihan perang sih, kita harus tau musuh itu kaya gimana biar siap. Jangan sampai musuh datang pakai tank tapi kita pake senapan angin. Kalah telak cyiin!
Jadi dengan vaksinasi, kita meng-upgrade kekebalan tubuh. Hal ini ada yang berlaku seumur hidup dengan beberapa suntikan saja seperti BCG, HPV, DPT. Atau ada yang harus rutin disuntik seperti influenza atau flu shot.
“Loh kan ASI mengandung antibodi juga. Kenapa ga pakai ASI aja sih?”
Memang ASI punya antibodi, cuman itu secara umum saja. Buat penyakit serius seperti polio, difteri, hepatitis B dan segala yang dianjurkan untuk imunisasi itu udah kelas berat. Pasti antibodi biasa udah diobrak abrik sama bakteri/virus penyakit kelas berat itu. Ga mempan kalau hanya pakai ASI, juga jika ditambah kurma saja. Harus ada “upgrade” yang kita lakukan biar tubuh siap perang jika suatu saat ada penyakit itu disekeliling kita (semoga jangan yaaa AAMIIN!).
“Saya masih ga mau vaksinasi anak saya deh. Tidak apa-apa nanti saya tanggung sendiri resikonya. Tuhan YME yang menentukan sehat atau tidak sehat kan ya”.
Kalau sering dengar orang ngomong seperti ini, pasti ybs kurang paham Herd Immunity. Herd Immunity atau kekebalan kelompok adalah daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan penyakit. Jangan disepelakan loh herd immunity ini!
Herd immunity ini adalah faktor utama muncul atau tidaknya wabah penyakit di lingkungan sekitar. Keputusan orang tua yang tidak mengimunisasi anaknya atau dirinya sendiri akan menyebabkan penyebaran penyakit yang lebih cepat. Kok bisa? Yaiyalaaah! Host atau inang penyakitnya banyak. Belum nanti ada kemungkinan mutasi saking cepetnya pindah-pindah. Jaman sekarang tuh antar negara udah tidak ada batasnya! Cepet banget mobilitas manusia maupun penyakit. Jika persentase anak atau orang yang dimunisasi tinggi, maka penyakit makin susah untuk gerak. Yang untung siapa? Kita semua dong! Apalagi kalau ada orang yang tidak bisa imunisasi karena alergi atau kondisi tertentu. Kita bisa mengurangi kemungkinan dia (dan orang lain sekitarnya) untuk terkena penyakit. Kita sehat, lingkungan juga terbantu, betapa mulianya yaaa *berlinangan air mata* (lebay!).
Photo courtesy of Medium
Ga percaya? Nih contoh beberapa kasus dimana WABAH PENYAKIT MUNCUL LAGI.
- http://aceh.tribunnews.com/2017/01/23/tak-boleh-anggap-enteng-terhadap-difteri
- http://lifestyle.kompas.com/read/2015/04/10/151000723/Imunisasi.Tak.Lengkap.Picu.KLB.Difteri.di.Padang
- http://outbreaknewstoday.com/michigan-1st-confirmed-measles-case-2017-reported-11871/
- https://www.theguardian.com/world/2017/apr/19/italy-measles-epidemic-vaccinations
Padahal dulu udah dinyatakan tidak ada loh! Kok bisa? Persentase orang yang diimunisasi rendah. Jangankan di negara Barat, di Indonesia sendiri pernah terjadi wabah difteri. Karena apa? Ya salah satu faktornya karena herd immunity berkurang tadi.
Oiya saya juga pernah baca bahwa global warming juga dapat menyebabkan penyakit lama yang dianggap sudah punah, balik lagi! Kok bisa? Di sekitaran artic circle, es makin lama makin meleleh karena kenaikan suhu bumi. Nah di beberapa area, terdapat “makam” bangkai binatang/manusia penderita penyakit berbahaya yang tertimbun es. Kalau esnya cair, maka penyakit itu akan aktif dan hidup lagi dari masa dorman (alias masa tidurnya). OMG! Bukannya nakut-nakutin ya, tapi untuk mengedukasi orang tentang apa yang sedang terjadi saat ini.
Please read http://www.bbc.com/earth/story/20170504-there-are-diseases-hidden-in-ice-and-they-are-waking-up
“Anak tetangga di imunisasi tetap saja kena campak. Ga berhasil tuh!”
Loh begini ya, anggap saja vaksinasi itu investasi masa depan. Dengan vaksinasi, kita bisa menghindari atau seenggaknya meringankan penyakit yang datang menyerang. Dan ini long term loh! Contohnya adalah saya sendiri (hahaha ya take it from experience). Saya baru sakit campak saat SMA. Tapi tidak sampai panas dan dirawat di RS seperti anaknya artis itu yaaa. Saya cuman keluar bercak merah di dada dan leher. Selebihnya, saya baik-baik aja. Ga kaya orang sakit! Teman saya juga begitu, padahal campaknya baru kena pas kuliah. Memang sih sakit, sehat, hidup mati di tangan Allah SWT. Cuman kan sebagai manusia kita juga harus berusaha kan ya.
Baca Jadwal Praktek Dokter Kandungan (SpOG) di Bogor
“Ribet ah vaksinasi. Ga ngerti kapan waktu pemberiannya. Pusing!”
Berterimakasihlah ada jadwal dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang lengkap! Plus keterangannya (please luangkan waktu baca keterangan ya ibuk-ibuk). Enak banget loh ngikutin jadwal ini. Kalau bingung, tinggal minta bidan atau dokter untuk menuliskan kapan harus balik lagi untuk imunisasi selanjutnya di buku kontrol kesehatan anak. Makanya penting banget nih buku kontrol kesehatan anak tidak hilang atau berubah-ubah! Ga usah mikir kan, tinggal ingat-ingat aja tanggal untuk kembali imunisasi hehehe.
Jadwal imunisasi terbaru (2017) bisa didownload di http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017
“Vaksinasi kan mahal! Pemasukan saya pas-pasan!”
Nah kalau ini mesti banyak baca dan bergaul. Yuk main ke puskesmas terdekat! Disana bisa dapat imunisasi dasar yang di subsidi negara loh! Sebenarnya ada imunisasi dasar yang diwajibkan oleh Kemenkes RI dan semua vaksin itu itu disubdisi. Apa aja? Vaksin Hepatitis B, DPT, BCG, Polio, HiB dan Campak. Imunisasi itu bisa kita dapatkan gratis di puskesmas terdekat, hanya bayar uang administrasi saja.
Photo courtesy of Twitter @infoimunisasi
Kok di jadwal IDAI di atas ada banyak? Nah, memang sih yang diwajibkan itu beberapa, tapi bukan berarti yang lain ga penting loh ya! Yang lain itu sangat disarankan jika kita punya budget lebih atau tergantung dengan situasi dan kondisi. Saya pribadi sih ingin lengkap imunisasinya. Kenapa? KARENA BUTUH BUAT SEKOLAH COY! Sekarang sekolah ingin anak imunisasi lengkap. Itu di Indonesia loh, belum di luar negeri.
Mahal? Iya sih lumayan. Tapi balik lagi ke paham bahwa imunisasi ini saya anggap investasi jangka panjang. Cara saya mengatasinya adalah dengan melakukan imunisasi dasar di puskesmas dan imunisasi lainnya di Rumah Vaksin atau di DSA. Lumayan bisa menekan pengeluaran loh! Kita manfaatkan program pemerintah hehehe. Bagi yang mau hitung-hitung, saya cantumkan list harga Rumah Vaksinasi Bogor yaaa biar ada gambaran (DIUPDATE JULI 2017). Ingat di RS bisa lebih tinggi karena ada biaya administrasi, biaya dokter, biaya suntik dan biaya lain-lain.
FYI vaksinasi ini ga hanya untuk anak kecil loh. Remaja dan orang tua juga dianjurkan melakukan vaksinasi. Bahkan kalau mau daftar nikah di KUA harus suntik TT1 dulu (mitos ini bikin mandul ga bener ya! Saya langsung hamil buktinya wkwkwk). Sekarang yang lagi booming adalah vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Apalagi vaksin campak atau MR semenjak ada anak artis dirawat gara-gara campak. Dulu juga sempat heboh vaksin menginitis karena ada artis yang kena juga. Pokoknya kita ambil hikmahnya saja, dengan adanya kejadian-kejadian seperti ini.
Baca Tips Menjalani Papsmear Pertama (Sebuah Metode Deteksi Dini Kanker Serviks)
We need to be aware that diseases are lurking. So we must be prepared for it the best way we can! 🙂
Anyway, ini adalah video seminar dr Tiwi dan dr Piprim. Ada 3 part termasuk Q&A, awesome!