Last Updated on May 29, 2020
Pertanyaan terbesar selama Ramadan ini adalah : apakah kita akan mudik di kala pandemi? Bolehkah kita mudik di saat seperti ini? (NOOOO). Dan apa yang akan terjadi kalau kita “nekad” mudik saat banyak yang terserang penyakit Covid-19?

Mudik Saat Pandemi Covid-19
Bulan Ramadan yang jatuh pada bulan April-Mei 2020, juga jatuh di tengah pandemi Covid-19. Sejak pertengahan Maret, kita semua disuruh untuk mengurangi kegiatan di luar dan lebih baik di rumah saja untuk sementara waktu. Agar membantu menekan penyebaran virus corona yang mewabah ini.
Namun, ketika bulan Ramadan tiba, ada satu hal yang tidak luput dari pikiran masyarakat. Mudik. Bagaimana kita dapat mudik saat pandemi berlangsung? Apakah akan aman?

Alhamdulillah banyak yang menyatakan sikap untuk tidak usah mudik saja. Karena tentu ini akan membawa dampak yang banyak di kampung halaman. Kita juga dianjurkan untuk tidak bertemu dengan banyak orang dan juga melakukan perjalanan yang jauh.
Kenapa? Bayangkan kalau kita merupakan karier virus ini. Tanpa disadari, kita menjadi Orang Tanpa Gejala. Terus kita mudik dan ketemu sanak keluarga. Terpapar dong keluarga kita dengan virus yang kita bawa entah dari mana tadi 🙁
Bayangkan membuat satu keluarga bahkan satu kampung menjadi ODP. Terus ada yang jatuh sakit karena kita, terutama yang sudah sepuh atau anak-anak. Apa tega kita membawa penyakit ke keluarga dan kampung halaman sendiri?
Jadi Mudik, Yay or Nay?
Kalau saya dan suami sih sudah, skip saja mudik untuk tahun ini. Insya Allah kalau kita tetap menjaga kesehatan, masih ada kesempatan lainnya untuk bertemu keluarga dan keliling kampung halaman. Jangan melakukan hal yang beresiko. Dan yang paling penting, jangan lakukan hal yang akan membuat kita menyesal di kemudian hari.
Mudik lokal gimana?
Mudik lokal merupakan gerakan mudik dalam satu kota atau wilayah (Ex: Jabodetabek). Kayanya bakal diurungkan kalau banyak keluarga yang kumpul. Meskipun rumah saya dan Mama berada di kota yang sama, tapi selama pandemi berlangsung (yaitu kurang lebih 2 bulan) saya baru bertemu 2 kali.
Apalagi Bapak termasuk ke golongan rentan karena merupukan resipien organ donor. Daya tahannya memang tidak senormal orang biasa, agar organ donor tidak ditolak tubuh sendiri. Jadi kami tahun ini main aman dan memutuskan lebaran di rumah saja dulu.
Bagaimana Nanti Keluarga di Kampung Halaman?
Alhamdulilllah bapak dan ibu mertua mengerti kondisi ini. Pasti sedih sih kedua anak beserta menantu dan cucu tidak bisa lebaran bersama. Tapi kalau kami nekad pulang juga pasti jadi ODP dan harus mengisolasi diri selama 14 hari. Jadi ya ga bakal ketemu juga~
Semoga keluarga juga mengerti bahwa we are not doing this because we don’t want to. We are doing this because we care. Ga mau dong ikut berperan sebagai spreader virus yang cukup membuat pusing ini. Tujuan kali ini sih, biar semuanya tetap sehat dan aman, agar bisa berjumpa lain di lain kesempatan.

Feeling Untuk Tidak Mudik
Oiya, ada cerita menarik sih soal ini. Tahun ini entah kenapa, Arga tuh ga antusias nyari tiket mudik blassss. Dia juga ga ngingetin buat check aplikasi ticketing pesawat atau kereta api. Awalnya bingung kan ya, kok santai banget mau mudik, biasanya heboh, sampai booking tengah malam kaya tahun kemarin.
Eh taunya ada pandemi ini yang mengharuskan orang mencancel semua tiket perjalanan. Beruntung juga sih belum sempet booking dan beli apa-apa. Arga bilang sih udah feeling HAHAHA oke baiklah.

Jadi keluarga saya memutuskan untuk tidak mudik di kala pandemi. Big no no. Insya Allah masih ada waktu lain untuk silaturahmi secara langsung. Kalau kalian bagaimana? Semoga membuat keputusan yang terbaik yaaa.
