Last Updated on February 12, 2023
Maraknya topic trending tentang pasangan childfree atau memutuskan untuk tidak memiliki anak/keturunan beserta alasannya, jadi membuat kita berpikir juga. Salah satu alasan beberapa pasangan memilih untuk childfree adalah ketidakpastian masa depan anak. Apakah bumi dan kondisinya sekarang dan nanti kelak masih favorable untuk mendidik dan membesarkan keturunan?
Nah, bagi kita-kita yang sudah terlanjur punya anak, pasti auto mikir juga kan. Bagaimana nanti masa depan anak? Apakah kita harus khawatir, sampai mungkin ke tahap high-anxiety? Atau malah santai aja, yuk mari optimis?
Faktor Yang Membentuk Masa Depan Anak
Nobody knows what the future will bring. Tidak ada yang tau masa depan kita akan seperti apa. Tapi kita bisa berusahan untuk mempersiapkan segalanya sebaik mungkin. Sama seperti hal lainnya, terdapat faktor genetik, lingkungan, eksternal dan internal yang dapat membentuk masa depan anak.
Tentu faktor genetik tidak dapat dipisahkan. Nanti anaknya tampan, cantik, cerdas bawaan, semua itu ada peran andil gen dari Ibu dan Bapak. Ga perlu kuliah Genetics 101 kali ya disini (kaya kalau jadi asisten praktikum dulu wkwk), tapi kita mengerti bahwa faktor ini tuh tidak dapat dipisahkan dari masa depan seorang anak. Jadi sejak hamil, perbanyak doa, perbanyak melihat yang baik baik, kurangi nonton The Kardashians (true story, Mama dulu suruh saya begini ahaha).
Lingkungan juga sangat dan bahkan lebih banyak berperan dibandingkan dengan genetik. Some says a child upbringing is 30% genetics and 70% enviroment. Dalam hal ini, lingkungan rumah, sekolah, dan dimana saja anak akan berada, akan berperan penting. Makanya, ga heran kan ada orang tua yang rela mengeluarkan uang puluhan juta rupiah (bahkan ngutang, tapi jangan sampai ya) demi pendidikan anaknya.
Ini juga yang dimaksud dengan faktor eksternal atau faktor-faktor lain di luar kendali kita yang mampu menentukan masa depan anak. Misalnya dengan sekolah yang bagus, selain pendidikan juga bagus, koneksi, networking dan circle pertemanan juga secara tidak langsung akan terseleksi dengan yang juga memiliki tingkat yang setara untuk di sekolah tersebut. Koneksi inilah yang nanti bisa berperan dalam mendapatkan pekerjaan, relasi bisnis, membuka kesempatan, mendapatkan informasi ini itu, dll. Wow jauh sekali ya pemikirannya, tapi memang begitu kok realitanya.
Sebaik-baiknya lingkungan dan genetik, kadang ada satu hal yang bisa membatasi masa depan, yaitu yang datang dari anaknya sendiri atau faktor internal. Makanya sekarang banyak yang berkoar-koar nih soal skill atau kemampuan yang diperlukan oleh anak untuk menghadapi masa depan.
President Director of McKinsey & Company Indonesia Phillia Wibowo menjelaskan bahwa ada tiga faktor berdasarkan riset yang bisa mempengaruhi kesuksesan anak. Salah satunya adalah mindset atau pikiran. Hal ini menjadi hal pertama yang mempengaruhi prestasi atau kesuksesan anak. Selain itu, pasti kalian sudah membaca kan banyak skill yang diperlukan oleh anak di masa depan. Sebagian besar sudah diahas di video di bawah ini ya.
Perlu Khawatir atau Optimis?
Kalau dipikirin sih, WAH YA BANYAK BANGET YA. Kadang suka bertanya-tanya, sanggup ga saya membekali anak saya dengan segala yang ia perlukan untuk masa depan dengan baik? Apakah nanti dia mampu bersaing di masa depan? Kita aja bersaing di masa kini ya lumayan lelah ya ahahaha. Will my kids do fine in the future?
Khawatir itu manusiawi. We are anxious about the things we have no idea and no control of. Namun, jangan jadikan kekhawatiran menjadi sesuatu yang negatif. Kita juga perlu optimis dong. Toh kita sudah memberikan yang terbaik kan ya bagi anak, let God do the rest.
Karena saya beragama Islam, saya selalu yakin akan janji Allah SWT di surat Al-Israโ ayat 31 yang artinya, โDan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.โ. Dan Allah tidak pernah ingkar janji. Insya Allah jika kita berusaha sebaik mungkin, ikhtiar semampu yang kita bisa, akan selalu ada jalan dari Allah. Self reminder juga biar selalu perbanyak doa untuk anak, doa Ibu memang sebuah hal yang dahsyat!
Jadi saya pribadi lebih suka melihat tantangan in a positive light, alias selalu berusaha untuk optimis. Buat apa khawatir, terutama yang khawatir berlebihan. Malah bikin stress dan membuat pikiran jadi lebih kacau. Lebih baik kita usaha dulu sambil berdoa, maka pikiran akan lebih tenang. Tentu ini adalah sebuah hal yang membangkitkan rasa optimis untuk menghadapi masa depan, terutama masa depan anak. Kalau kalian bagaimana?