Last Updated on April 27, 2020
Jujur, ga kebayang sama sekali bakal mengalami Ramadan seperti ini. Iya dengan segala macam aturan untuk physical distancing dan social distancing menjelang Ramadan. Bedaaa banget rasanya ya? Kalau 3 bulan yang lalu ada yang prediksi Ramadan tahun ini kita bakal ga bisa mudik, pasti diketawain. Now it became a reality.
Kondisi Saat Social Distancing & Physical Distancing
Apa bedanya Social Distancing dengan Physical Distancing?
Menurut Center for Disease Control (CDC), social distancing adalah tindakan menjauhi segala bentuk perkumpulan, jaga jarak antar manusia, dan menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan banyak orang. Intinya tidak boleh ada kumpul kumpul, terutama dalam skala besar.
Hal ini berarti kegiatan keagamaan, hiburan, hingga traveling pun harus di pending dulu. Masing-masing tetap di rumah dan tidak bergerombol. Sementara physical distancing kurang lebih sama namun lebih ditekankan pada menjaga jarak atau jaga jarak aman dengan manusia lain. Bahkan dalam satu keluarga.

Terminologi social distancing awalnya dipakai, namun tetap ditemukan banyak orang yang santai saja, pergi ke mall dan ke pusat perbelanjaan. Bahkan dengan santainya makan di warteg hehehe. Maka dari itu digunakan istilah physical distancing yang terlihat lebih strict, in my humble opinion.
Pengalaman Social & Physical Distancing
Pertama kali denger ada yang terkena Covid-19, masih belum heboh sih. Karena yang terkena hanya beberapa orang saja. Namun dalam waktu seminggu, wah sudah lumayan banyak yang terpapar. Alhasil mulai dari situ, saya tidak keluar rumah. Semua kegiatan terpaksa di cancel atau diundur atau dijadikan online.

Menjelang bulan Ramadan, sempet deg-degan juga, apa bisa puasa seperti biasanya> Namun karena angka masih cukup tinggi, maka pemerintah daerah melakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar.
PSBB – Pembatasan Sosial Berskala Besar
Kewenangan untuk melakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar memang ada di pemerintah daerah, dengan persetujuan pemerintah pusat. Adapun pelaksanaan PSBB tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dan diturunkan secara rinci di Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Enam kegiatan inti aturan PSBB dalam pasal 13 Permenkes 9 tahun 2020 adalah:
- Peliburan sekolah dan tempat kerja
- Pembatasan kegiatan keagamaan
- Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
- Pembatasan kegiatan sosial dan budaya
- Pembatasan moda transportasi
- Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan
Ketentuan berkendara juga diatur, seperti tidak boleh duduk di kursi penumpang depan pada mobil dan tidak boleh boncengan. Dendanya juga ada loh, jika tidak nurut atau tertangkap polisi.
Kota Bogor sendiri telah melaksanakan PSBB pada pertengah April, dan akan dikaji per 14 hari. Pas hari pertama PSBB, saya sempat keluar belanja sendiri. Memang ada beberapa pos yang diisi oleh polisi dan petugas lainnya. Tapi saya tidak liat adanya razia seperti di TV. Mungkin karena waktu itu jam makan siang ya.

Yang jelas, karena PSBB ini, saya ga bisa survey sekolah dan mendaftar sekolah buat Rio huhuhu. 🙁 Was-was juga kalau keluar rumah bareng-bareng. Takut ditangkep~
Tidak Mudik Dulu Demi Keluarga
Covid-19 juga membuat saya sekeluarga mengurungkan niat untuk mudik bersama keluarga. Ini yang bikin Arga agak sedih sih (kayanya – he never shows that he’s sad hahaha). Soalnya mudik memang agenda tahunan yang ditunggu-tunggu. Nah sekarang tuh ga ada sama sekali!
Malah kemarin, Bapak saya memulai menginisiasi uji coba Zoom untuk Lebaran hahaha. Iya diharapkan kita bisa silaturahmi virtual saja. Yaa, meskipun agak kurang dan ga bisa nyicipin opor ketupat bareng bareng, yang jelas masih bisa melihat sanak keluarga semuanya sehat-sehat saja 🙂 That should be enough.
Oiya, tidak mudik ini memang didukung oleh dilarangnya penerbangan di Indonesia, dan juga perjalanan bis maupun kereta api. Jadi memang kita harus #dirumahsaja dulu. Biar cepat reda semua ini.
Social Distancing di Awal Ramadan
Penularan Covid-19 memang masih ada, sehingga kegiatan physical dan social distancing ini meleber ke bulan Ramadan. Jadiii sekarang kegiatan Ramadan ya di rumah aja. Tarawih dan sholat berjamaah juga di rumah saja. Tidak ada buka bersama huhuhu. Adanya sih buka bersama secara virtual yaa hehehe lucu sih kalau liat konsep teman-teman yang menjalankan.

Tapi yang paling dikangenin adalah petualangan nyari takjil bareng bareng! Kangen deh suasana melihat orang-orang menjual aneka macam takjil. Dan jadi beli ini itu karena laper mata hahaha. Sekarang sepiiii banget, meskipun masih aja ada orang yang berlalu lalang.
Saya liat di jalanan juga ada beberapa stand dan restoran yang buka, namun itu hanya untuk drive through atau take away. Hampir tidak ada yang menyediakan untuk makan di tempat. Masjid di Kota Bogor pun (setidaknya yang di dekat rumah) juga tidak menfasilitasi shalat tarawih bersama.
Memang jadinya seperti Ramadan di negara dimana non-muslim menjadi mayoritas. Ga mirip juga seperti pengalaman social distancing menjelang Ramadan sih. Tapi setidaknya di Indonesia, alhamdulillah masih mendengar adzan sehingga tidak bingung kapan waktu buka.
Dan yang paling penting, buka puasa bisa sekitar pukul 6 sore. Waktu di Belanda dulu, buka puasanya jam 9 malam hahahaha. Yaa dzuhurnya aja jam 2 siang waktu itu wkwk. 🤣
Sekian pengalaman social distancing menjelang Ramadan versi saya. Bagaimana kalian menghadapi social distancing kali ini? Share yuk ceritanya di kolom komentar di bawah 🙂
