Uncategorized

Thought via Path

Last Updated on December 10, 2018

Opini tentang kebijakan transportasi ala “Green Campus IPB”

Waktu untuk membaca: 3 menit.

Sudah banyak yang menyebarkan berita bahwa IPB akan menyegerakan kebijakan untuk melarang kendaraan ber-BBM di dalam Kampus Dramaga. Uji coba mobil listrik dan bis juga sudah dilakukan di sekitar kampus mulai tanggal 1 September yang lalu, bertepatan dengan Dies Natalis IPB. Banyak pro dan kontra dari dosen maupun mahasiswa dalam hal ini, jika berdiskusi langsung maupun melihat komentar di social media.

Di satu sisi, hal ini baik karena yaaa untuk mengurangi polusi dan jumlah kendaraan di dalam kampus yang sudah bertambah banyak. Alhamdulillah mahasiswa S1 sekarang sudah banyak yang mampu membawa motor dan mobil untuk kuliah. Hal ini juga mengurangi jumlah mahasiswa yang suka parkir di tempat dosen karena mereka tidak akan membawa mobil hehehe.

Tapi di sisi lain, sebagai pengguna mobil pribadi untuk PP rumah-kampus, hal ini agak memberatkan. Kenapa? Ada beberapa pertanyaan yang ada di benak saya ketika membaca berita ini.

1. Dimana kita akan memarkirkan mobil? Dimana ada tempat parkir yang mampu menampung mobil dosen dan mahasiswa? Jika tempat penuh, apakah kita harus balik lagi kerumah masing-masing? (Cape deh)

2. Bagaimana dengan transport ke lokasi kebun IPB seperti Cikabayan atau Kandang Fapet? Kalau dilihat tidak ada tuh transport yang menyentuh area tersebut. Kasian sekali yah kita yang harus jalan keringetan ke dan dari kebun, jaraknya cukup jauh. Belum lagi tidak boleh terlambat kuliah. Bisa ada dispensasi untuk itu?

3. Bagaimana jika kita ingin mengangkut alat bahan penelitian ke kebun? Kadang panen bisa sampai berkarung-karung. *curhat*

4. Bis, mobil listrik dan sepeda bisa beroperasi sampai jam berapa? Apakah tersedia sampai malam? Bagaimana nasib para mahasiswa penelitian yang harus stand by hingga larut malam di lab masing-masing? Apakah aman untuk pulang tanpa kendaraan?

5. APAKAH TRANSPORTASI YANG DIGUNAKAN BISA ON TIME? Wajib ada time table pasti untuk tiap halte. Because time is money and people don’t like to waste money ๐Ÿ˜‚

6. Mengapa harus beli tap cash dari suatu bank untuk menggunakan fasilitas? Berbayar pula. Tidak apa-apa untuk yang mampu, tapi untuk mahasiswa pas-pasan mungkin akan terasa berat. Semua harga naik eh ini malah nambah pengeluaran~

Saya sangat terbuka jika ada yang bisa memberi pencerahan bagi pertanyaan-pertanyaan saya. Termasuk terkait dengan kebijakan ojek dan persetujuan kebijakan ini dari para civitas akademika serta ketentuan bagi dosen dan karyawan.

Menurut saya, kebijakan ini bagus dan saya pribadi lebih suka menggunakan kendaraan umum dibandingkan pribadi (karena enak tidak usah menyetir sendiri hehehe). Namun apakah keputusan ini tepat diadakan sekarang? Hanya dengan 1 bulan uji coba? Apakah ini akan menggangu proses mengajar dan kinerja civitas akademika?

Banyak juga hal yang harus dibenahi untuk mencapai green campus. Pengelolaan sampah yang lebih maju dan modern seperti program bank sampah, program daur ulang; program penghijauan kampus; program menganti lampu menjadi LED; program solar cell; program hemat listrik kampus dan masih banyak lainnya. Apakah yang lainnya juga ikut dibenahi?

Jika kebijakan ini adalah semata untuk *maaf* pencitraan kampus dan bisnis saja namun menyulitkan orang banyak, maka kebijakan tidaklah baik untuk dilaksanakan menurut saya. Memang perlu suatu gebrakan yang dapat mengubah pola pikir masyarakat, tapi alangkah baiknya apabila dilakukan dengan matang dan dengan sosialisasi yang cukup. Tidak baik melakukan suatu pekerjaan dengan tergesa-gesa bukan? Semoga IPB selalu senantiasa membuat keputusan yang terbaik. ๐Ÿ™‚

Faradila D. Putri
3 Sept. 2015 โ€“ Read on Path.

RELATED POST

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.