How To, Javanese Culture, Vendor, Wedding, Wedding Organizer, Wedding Preparation

Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Last Updated on January 9, 2021

Hello, back again on #weddingwednesday!  It’s supposed to be that every Thursday I’ll post something about wedding preparation and review, but I decided that the name goes best with Wednesday. So Wedding Wednesday it is! Kali ini gue akan bahas lebih dalam soal prosesi pernikahan adat Jawa.

Akhirnya Memilih Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Menurut gue, tradisi tetap harus dilestarikan. Gue bersyukur bahwa gue akan menjalani prosesi nikah dengan adat Jawa. Meskipun tidak semuanya akan dipakai (karena alasan cost saving dan juga kerumitan proses), tapi secara garis besar akan mengikuti urutan yang akan ditulis disini.

Kata Mama, semua prosesi punya maknanya masing-masing namun tidak semuanya harus dipaksa dilakukan. Kan kita masih rakyat biasa, bukan keluarga kerajaan. Hahaha 😀

TIPS UNTUK CALON PENGANTIN

Apabila ingin melakukan upacara adat, cari tahu kurang lebih susunan upacara adat dan keperluan yang dibutuhkan.

Tips menghemat adalah mencari perias yang juga menyediakan paket upacara adat yang diinginkan, jadi tidak perlu mencari vendor lain. Plus kadang-kadang harganya juga lebih murah karena sudah satu paket dengan yang lain.

Baca   Pemilihan Vendor - Perias di Bogor & Jakarta (with Pricelist!)

Tahap Prosesi Pernikahan Adat Jawa

Gue merangkum dan mengutip beberapa tahap dari Weddingku di SINI dan di SINI. Selain itu gue juga mengutip dari SeputarPernikahan.com di SINI. Beberapa hal juga saya ambil dari blog mbak Desi di SINI. I’ll try to make it simple and understandable.

1. Lamaran

Tahapan yang pertama adalah lamaran. Keluarga calon pengantin pria (CPP) akan datang ke keluarga calon pengantin wanita (CPW) untuk melamar CPW. Sekarang terserah kepada CPW, apakah mau diterima atau ditolak.

Jika sudah diterima, maka tanggal pernikahan akan dirundingkan. Dalam adat Jawa, biasanya pihak perempuan yang mempunyai hak menentukan jenis pernikahannya akan seperti apa. Pihak keluarga CPP juga dapat menggelar acara resepsi/syukuran sendiri setelah akad & resepsi nikah, yaitu acara Ngunduh Mantu.

Biasanya akan ada seserahan setelah acara selesai. Ada yang hanya memberikan makanan saja, namun sekarang lebih banyak yang sudah membungkus seserahan yang isinya baju, tas, alat mandi, dll. Gue kemarin hanya serah terima makanan saja, karena seserahan atau peningset lain akan diberikan di malam Midodareni.

Baca   Review Vendor Acara Lamaran Faradila & Arga

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo credit : www.weddingku.com

2. Proses Pra-Nikah

Prosesi ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum akad nikah dilaksanakan. Prosesinya kurang lebih adalah seperti :

a. Pengajian

Pengajian biasanya dilakukan oleh keluarga yang beragama Islam. Di pengajian ini biasanya ibu-ibu pengajian teman orang tua atau tetangga diundang. Ustadz dan mungkin beberapa anak yatim juga diundang untuk turut mendoakan berjalannya acara pernikahan dan dimulainya hidup baru. Biasanya disini ada acara minta izin ke orang tua yang bikin nangis :’’’)

b. Pasang Tarub, Bleketepe, dan Tuwuhan 

Upacara yang mengawali pernikahan adat Jawa adalah pemasangan tarub, bleketepe dan tuwuhan. Menurut tradisi, tarub diartikan sebagai atap sementara atau peneduh di halaman rumah, yang dihiasi janur melengkung. iasanya pemasangan tarub diikuti dengan pemasangan bleketepe berupa anyaman daun kelapa tua oleh orang tua mempelai wanita, serta pasang tuwuhan.

Tuwuhan yang dipasang di kiri dan kanan gerbang adalah tumbuh-tumbuhan seperti pisang raja yang berbuah, kelapa muda, batang padi, janur, yang semuanya bermakna harapan agar calon pengantin memperoleh keturunan yang sehat, berbudi baik, berkecukupan, dan selalu bahagia. Beberapa orang seperti calon mertua gue ingin tuwuhan juga ada di tempat akad nikah, jadi nanti akan ada tuwuhan di gedung.

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo courtesy of www.sentananews.com

c. Sungkeman Orangtua

Sungkeman ini maksudnya adalah untuk meminta doa dan restu orang tua untuk melaksanakan pernikahan, mengucapkan rasa terima kasih telah merawat dengan kasih sayang, dan memohon maaf atas segala kesalahan.

d. Siraman

Ritual siraman dimaknai sebagai penyucian diri agar ketika memasuki hari pernikahan calon mempelai dalam keadaan suci lahir dan batin. Siraman dilakukan oleh ayah dan ibu mempelai, dilanjutkan kerabat dekat atau yang sudah menikah untuk dimintai berkahnya.

Penyiram ditentukan dalam jumlah ganjil, umumnya tujuh atau sembilan orang. Penyiram merupakan wanita yang sudah mantu atau sudah memiliki menantu, serta wanita yang keluarga CPW lihat sebagai wanita yang terhormat.

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo courtesy of www.alienco.net

e. Mengerik Rambut

Perias akan mulai ngerik untuk menghilangkan rambut halus yang ada di dahi, yang bertujuan membuang sial atau hal buruk yang pernah menimpa calon mempelai. Lalu, perias akan mulai membuat pola cengkorong paes.

f.  Midodareni

Berasal dari kata widadari yang berarti bidadari, midodareni dijalankan calon mempelai wanita di dalam kamar sejak pukul 18.00 hingga 24.00. Calon pengantin wanita dengan riasan tipis dan sederhana, hanya duduk tenang di kamar ditemani ibu dan kerabat dekat yang semuanya wanita. Ditemani juga oleh pinisepuh yang memberi nasihat untuk hidup berumah tangga.

Gue akan melaksanakan Midodareni pada sekitar jam 16.00 hingga jam 18.00 WIB, atau sebelum Maghrib agar waktu istirahat untuk akad resepsi besok akan lebih panjang. Lagi-lagi ini adalah salah satu tradisi yang agak dimodifikasi waktu pelaksanaannya oleh keluarga gue untuk kepentingan efisiensi. 😀

Baca   Review Vendor Pengajian, Siraman & Midodareni di Bogor

Prosesi Tantingan juga dilakukan, dimana ayah calon pengantin wanita menanyakan kemantapan hati putrinya untuk berumah tangga dengan pria pilihannya. Dilakukan juga prosesi nyantri, dimana calon pengantin pria ditemani sanak saudara datang ke kediaman calon pengantin putri, sebagai tanda ia sehat dan siap melangsungkan pernikahan esok hari.

Pada midodareni, seserahan atau peningset juga diberikan oleh pihak laki-laki ke pihak perempuan.

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo courtesy of riaspengantin-naninazeh.blogspot.com

3. Akad Nikah

Akad nikah akan dilaksanakan menurut agama Islam dan boleh dilakukan di rumah maupun di gedung. CPW bisa duduk berdampingan dengan CPW ketika membacakan Ijab Qabul.

Ada juga yang CPWnya “disembunyikan” dahulu dan baru dipertemukan dengan CPP setelah Ijab Qabul sudah sah. Personally, I like the second option better. Pengen liat ekspresi si suami pas melihat gue untuk pertama kalinya pakai dandanan Jawa hahaha.

Setelah CPW dikeluarkan dari tempat persembunyian, baru deh CPW mulai menandatangani surat nikah, menerima mahar dan foto-foto.

Baca   Cara Pendaftaran Pernikahan di KUA – My Experience

4. Upacara Panggih

Upacara ini merupakan upacara adat khas Jawa yang dilaksanakan setelah akad nikah. Upacara ini dimulai dengan penyerahan kembar mayang atau

karangan bunga yang terdiri dari daun-daun pohon kelapa yang ditancapkan ke sebatang tanggul kelapa. Beberapa prosesi dalam upacara Panggih ini adalah :

a. Penyerahan Sanggan

Sanggan merupakan simbolisasi atau saranan untuk menebus pengantin putri, sehingga biasanya disebut sanggan tebusan pengantin putri. Wujud dari sanggan sendiri berupa : satu tangkep atau dua sisir pisang raja matang pohon, sirih ayu, kembang telon (mawar, melati, kenanga), serta benang lawe.

b. Balangan Gantal 

Prosesi balangan gantal merupakan perlambang kedua mempelai saling melempar kasih, dimana gantal sebagai pertemuan jodoh antara mempelai wanita dan pria yang telah diikat dan disatukan dengan benang kasih yang suci.

Mempelai pria dan mempelai wanita saling melempar gantal (daun sirih yang dilinting berisi bunga pinang, kapur sirih, gambir, tembakau hitam). Ini yang paling gue inget dari film Habibie Ainun BTW :’)

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo courtesy of www.imagala.com

c. Wijikan

Ritual wijikan dikenal pula dengan sebutan ranupada. Ranu bermakna air, dan pada berarti kaki. Ritual ini dikerjakan mempelai wanita yang membasuhkan air pada kaki mempelai pria sebanyak tiga kali. Pembasuhan kaki mencerminkan wujud bakti istri kepada suami, dan menghilangkan halangan menuju rumah tangga bahagia.

d. Kanten Asto & Sinduran

Kanten Asto adalah ketika kedua mempelai berdiri berdampingan, sambil mengaitkan jari kelingking, berjalan bersama menuju pelaminan. Sementara sinduran adalah ketika kedua pengantin direngkuh di belakang punggung bapak pengantin wanita dengan kain sindur berwarna merah.

Ibu pengantin wanita mengikuti di belakang. Kemudian mereka berjalan perlahan-lahan menuju pelaminan dengan iringan gending Jawa. Prosesi ini menggambarkan bahwa pasangan pengantin telah diterima dengan baik oleh keluarga besar kedua belah pihak.

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo credit : www.weddingku.com

e. Timbang atau Pangkuan

Kedua pengantin duduk di pangkuan bapak pengantin wanita. Pengantin wanita duduk di paha sebelah kiri dan pengantin pria di paha sebelah kanan. Dalam upacara ini ada dialog; “Berat yang mana, Pak? tanya sang ibu. “Sama saja beratnya…” sahut sang bapak. Maknanya adalah kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya, dan tidak dibeda-bedakan.

f. Tanem Jero

Sampai di pelaminan, kedua mempelai masih dalam posisi berdiri menghadap tamu undangan dan membelakangi kursi pelaminan. Disaksikan ibu mempelai wanita, ayah dari mempelai wanita memegang dan menepuk bahu kedua mempelai untuk mendudukkan keduanya di pelaminan.

Baca   Tips Memilih Vendor Rias

g. Tampa Kaya/Kacar-Kucur

Prosesi ini dilakukan dengan menuangkan kaya yaitu biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, gabah, padi, beras kuning, jagung; sejumlah bumbu dapur; bunga sritaman; dan uang logam. Kaya dikucurkan ke atas tikar pandan yang dipangku mempelai wanita. Prosesi yang disebut juga kacar-kucur ini mempunyai makna bahwa nafkah yang diberikan suami agar diatur dengan baik oleh istri.

h. Dhahar Kalimah

Pada prosesi dhahar kalimah, mempelai pria membuat tiga kepalan nasi kuning dan diletakkan di atas piring yang dipegang mempelai wanita. Disaksikan mempelai pria, mempelai wanita memakan satu per satu kepalan nasi, lalu mempelai pria memberikan segelas air putih kepada mempelai wanita. Prosesi ini menggambarkan kerukunan suami istri akan mendatangkan kebahagiaan dalam keluarga.

i. Ngunjuk Rujak Degan

Rujak degan ialah minuman yang terbuat dari serutan kelapa muda dicampur gula merah. Dimulai dengan ayah mempelai wanita mencicipi rujak degan yang disuapi oleh ibu mempelai wanita. Kemudian sang ayah menyuapi mempelai pria, sementara mempelai wanita disuapi oleh sang ibu. Ritual ini mempunyai pesan bahwa segala sesuatu yang manis wajib dirasakan bersama.

j. Bubak Kawah atau Tumplak Punjen

Bubak kawan atau Tumplak Punjen ini tergantung anak pertama atau terakhir. Bubak kawah adalah acara perebutan alat-alat dapur untuk anak pertama. Artinya agar pernikahan keduanya sehat dan sejahtera. Sementara tumplak punjen adalah acara awal untuk anak bungsu. Artinya segala kekayaan ditumpahkan karena menantu yang terakhir.

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo courtesy of citra-keraton.blogspot.com

k. Mapag Besan

Orang tua mempelai pria datang untuk menengok putra mereka yang telah menjadi pengantin, bersanding dengan mempelai wanita. Kedua orangtua mempelai wanita akan menjemput kedua orangtua mempelai pria, karena dalam tradisi pernikahan Jawa orang tua mempelai pria tidak diperkenankan hadir pada saat upacara Panggih sampai prosesi ngunjuk rujak degan.

l. Sungkeman

Rangkaian prosesi berlanjut dengan sungkeman, yakni kedua mempelai bersembah sujud kepada kedua orang tua untuk memohon doa restu. Ritual sungkeman sebagai suatu pernyataan:

  • Tanda bakti anak kepada orang tua yang telah membesarkan dan mendidik hingga dewasa,
  • Permohonan maaf kepada kedua orang tua atas segala khilaf dan kesalahan
  • Memohon doa dan restu kepada orang tua agar menjadi keluarga yang bahagia.

Biasanya CPW dan CPP akan dilatih untuk sungkeman oleh perias agar bagus ketika difoto dan tidak merusak tatanan rias maupun kain orang tua hehehe.

Baca   My Wedding Moodboard - Downloadable Link!

4. Acara Resepsi

Selesai semuanyaaa maka acara resepsi bisa dimulai! Disini saatnya para undangan datang dan memberi selamat kepada pengantin baru. Happy ending everyone! 🙂

Prosesi Pernikahan Adat Jawa
photo courtesy of tabloidnova.com

Fiuh, cukup panjang yaa prosesi pernikahan adat jawa ini. Memang benar sih kata Mama kita ambil yang bisa kita terapkan karena kita bukan keluarga kerajaan wakakak. Soalnya kalau dilakukan semuanya, cukup banyak juga persiapannya. Apalagi klo tidak pakai vendor perias yang juga sekaligus mengerjakan upacara adat.

Sekian tulisan tentang prosesi pernikahan adat Jawa ini. Semoga bisa membantu para calon pengantin untuk lebih mengenal lagi budaya pernikahan Jawa. Thank you for reading this long blog post!

RELATED POST

9 Comments

  1. Rosianti Mustika says:

    Hallo Akang dan Teteh Calon Penganten,

    Masih bingung cari gedung pernikahan? Ingin menikah di gedung full carpet dengan fasilitas eksklusif? HIS Kologdam Bandung menjawab keinginanmu dengan konsep One Stop Wedding Service dan pilihan vendor-vendor profesional yang akan membuat pernikahanmu semakin berkesan. Dapat bonus-bonus menarik yaitu CASH BACK 10JUTA Semua itu tanpa diundi looohhh…

    Ingin info lebih lanjut bisa langsung hubungi :
    Rosianti,
    WA ( 085624295686 )
    IG ( rosi.hiskologdam )
    E-mail ( rosi.hiscorp@gmail.com )

  2. Wah kumplit ya penjelasan tentang pernikahan adat Jawa nya..betul memsng masing-masing merupakan simbol dan mempunyai makna khusus. Terima kasih sharingnya mba..

    1. Buanyaaakk dan panjang ya prosesi adat Jawa mbak. Aku baru tau deh ada sebanyak itu. Aku orangnya lebih suka yg praktis2 si soalnya. Ijab dan walimah untuk keluarga aja udah cukup. Tapi kalo orang yg megang adat pastinya happy ya kalo bisa nikah paket lengkap gini

  3. Jadi inget prosesi pernikahan saya yang juga pake adat jawa lengkap. Haha. Ribet kalo kata orang-orang, tapi alhamdulillah saya menikmati prosesnya dan seneng soalnya bisa bikin bapak seneng bikin acara kayak nikahan saya kemarin. Kebetulan saya anak perempuan satu-satunya, adik-adik laki semua jadi acara nikahan yang dibikin pihak perempuan ya cuma acara saya kemarin.

    Nggak nyangka juga itu jadi kenangan terdabest sama bapak, setelahnya beliau sakit dan wafat. Hiks..

  4. Meskipun istri pakai jilbab, dulu kami juga melakukan beberapa prosesi pernikahan adat Jawa, seperti Balangan Gantal, Wijikan dan Sinduran. Untuk iringan musiknya kami tidak menggunakan Kebo Giro tapi saya ganti dengan pembacaan sholawat dan sepanjang acara nggak muter lagu dangdut tapi lagu-lagunya Maher Zain hehehe.

  5. MashaAllah~
    Sungguhan nostalgia banget bacanya, kak Fara.

    Aku terharuu banget waktu prosesi siraman, justru.
    Karena di sini, aku personally sungkem dan meminta maaf serta memohon ridho untuk menikah dengan sang pria pilihan hati. Yah, meski based on script macam Aurel-Atta, tapi aku tetep meweeek….

    Dan riasan yang gak terlupakan, karena aku siraman pake kebaya design ku sendiri, warna pink pula…

    Kalau di gedung, nuansanya emas dan hitam. Dan ini sungguh sesi terakhir yang melelahkan.
    Sampai rumah, kudu bersihin paes agengnya doonk…lamaaaaaa….aku kedinginan.

    MashaAllah~
    Semoga Allah jadikan semua keluarga yang telah menikah menjadi sakinnah mawaddah dan warahmah.

  6. Aku baru tahu ada midodareni dan lain sebagainya itu pas kebetulan diminta ngisi qiroah di acara tersebut. Ku pikir kok acaranya sepi dan sedikit orangnya. Ternyata, memang itu serangkaian acara yaa, acaranya llumayan banyak.

    Keren banget ya sangguh menjalankan adat tersebut dengan lengkap. Sekarang ini mungkin ada yang menguranginya untuk mengefisienkan waktu dan finansial ya.

    makasih ya mba dilla atas ulasannya. Aku jadi tahu lebih banyak tentang pernikahan jawa nih. Aku orang jawa yg deket ke jawa barat, jd nggak ngerasain itu sih. di kampung yang ada cuma seserahan aja yang masih rutin

  7. wah lengkap banget ya urutannya. kalau aku pas nikah dulu asli deh nggak ngikutin adat banjar dan cuma akad nikah doang. pas resepsi juga nggak ada prosesi apa-apa padahal ibuku masih ada keturunan raja banjar. heu

  8. Dulu saya menikah dengan adat jawa karena pak suami juga orang jawa.. ribet memang.. banyak aturannya.. bahkan dimulai dari pemilihan tanggal menikah.. cuman ya namanya adat ya udah kita turutin aja.. next nya saya sik pengen anak saya menikah dengan cara yang sederhana.. ngurang-ngurangin biaya juga hehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.